BIOGRAFI SINGKAT KH. MAS ALWI ABDUL AZIZ (PENCIPTA NAMA NU)

KH. Mas Alwi Abdul Aziz ialah putra KH. Abdul Aziz. Tempat tinggalnya adalah di Jalan Ampel Sawah Surabaya. KH. Mas Alwi ialah saudara sepupu KH. Mas Mansur yang kemudian menjadi tokoh Muhammadiyah. Pada usia remaja Mas Alwi pernah belajar di pondok bersama KH. Ridlwan Abdullah di Kademangan, Bangkalan, Madura, berguru pada Kyai Kholil. Kemudian bersama-sama pindah ke pondok Sono, Buduran, Sidoarjo. Sejak usia remaja Mas Alwi senang menekuni ilmu riyadloh, melatih jasad atau kanuragan. Lebih dari itu beliau senang sekali berkelana untuk bertebaran di muka bumi dan mencari fadloh Allah, bahkan sampai ke Eropa, Inggris, Belanda, Jerman, dan berlayar ke Makkah.

Hal ini menjadikan Kyai Mas Alwi seorang tokoh yang luas pengetahuannya. Ia berusaha hidup mandiri dan tidak mau menggantungkan kehidupan perekonomiannya terhadap keluarga atau familinya. Karena itu beliau pernah membuka warung nasi di tepi Jalan Sasak Surabaya.

Peran KH. Mas Alwi dimulai ketika adanya perbedaan pendapat antara KH. Abdul Wahab dengan KH. Mas Mansur. Puncak perbedaan itu karena pada tahun 1921 M, KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah yang sering kali datang ke Surabaya memberikan ceramah agama berhasil menggaet KH. Mas Mansur untuk mengikuti jejaknya. Akhirnya pada tahun 1922 M, KH. Mas Mansur menyatakan berpisah dengan KH. Abdul Wahab, karena ia pindah ke Muhammadiyah maka jabatan Mas Mansur sebagai Kepala Nahdlatul Wathan diserahkan kepada pengurus, yang kemudian menunjuk KH. Mas Alwi sebagai penggantinya.

Dan sejak itu pula Mas Alwi yang semula penjual nasi di Jalan Roket288 Sasak kini pindah ke Jalan Kawatan dan berstatus sebagai guru dan Kepala Madrasah. Ini adalah suatu jabatan yang tinggi dan terhormat di mata umat, kemudian memindahkan semua keluarganya ke Jalan Kawatan Surabaya. Dengan KH. Mas Alwi sebagai Kepala Sekolah yang baru dan beliau mendirikan suatu lembaga yang diberi nama Da'watus Syubban. Dengan konsentrasi mengkoordinir para muballigh Islam.

Jasa besar yang telah beliau lakukan adalah ketika berlangsung diskusi ulama yang membicarakan nama Jam'iyyah, beliau mengusulkan agar diberi nama "Nahdlatul Ulama". Dalam forum diskusi itu terdapat dua pendapat atau usulan yang sebenarnya prinsipnya sama, tetapi akibatnya berbeda. KH. Abdul Hamid Sidayu (Gresik) mengusulkan nama "Nuhudlul Ulama" disertai alasan bahwa para ulama mulai bersiap-siap akan bangkit melalui perwadahan Jam'iyyah ini.

Namun pendapat ini mendapat sanggahan keras dari KH. Mas Alwi bin Abdul Aziz, menurut beliau kebangkitan ulama sudah berlangsung sejak lama dan bahkan sudah bergerak jauh sebelum adanya tanda-tanda akan terbentuknya komite Hijaz, hanya saja kata Mas Alwi kebangkitan atau pergerakan ulama pada waktu itu memang belum terogranisir secara rapi. Akhirnya usulan KH. Mas Alwi tersebut mendapat sambutan baik oleh KH. Ridlwan dan diterima sebagai nama Jam'iyyah "Nahdlatul Ulama".

Sumber Pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an Kelas VII - PC LP Ma'arif NU Lampung Tengah